MENGGAMBAR RAGAM HIAS
A. Sejarah
dan Bentuk Ragam Hias Indonesia
Seni ragam hias atau yang biasa
dikenal dengan istilah ornamen telah dikenal masyarakat sejak masa prasejarah.
Hal ini ditandai dengan banyaknya tinggalan yang memiliki ornamen, mulai dari
masa prasejarah hingga kolonialisasi. Berdasarkan peninggalan yang ada,
menunjukkan bahwa ornamen telah ada pada kehidupan masyarakat prasejarah yakni
pada masa Neolithikum, kira-kira 4000 tahun yang lalu. Selain itu, ornamen
sangat banyak dijumpai pada peninggalan masa klasik atau yang dikenal
juga dengan masa Hindu-Budha, serta pada masa Islam. Ornamen yang paling tua
ditemukan kurang lebih berumur 150 Masehi. Sekitar tahun 1275 Masehi, tepatnya
masa kolonial, ornamen banyak dijumpai pada tinggalan-tinggalan bangunan.
Ornamen pada tinggalan yang sering ditemukan, menandakan bahwa seni ragam hias telah melekat pada kehidupan masyarakat. Baik itu hanya sekedar sebagai hiasan, maupun memiliki fungsinya tersendiri. Ornamen yang biasa ditemukan pada tinggalan yang ada di Indonesia, tidak hanya merupakan sebuah lukisan, namun juga yang dipahat dan dicetak.
Selain itu, ornamen pada tinggalan-tinggalan di Indonesia memiliki macam-macam ragam hias.
Ornamen pada tinggalan yang sering ditemukan, menandakan bahwa seni ragam hias telah melekat pada kehidupan masyarakat. Baik itu hanya sekedar sebagai hiasan, maupun memiliki fungsinya tersendiri. Ornamen yang biasa ditemukan pada tinggalan yang ada di Indonesia, tidak hanya merupakan sebuah lukisan, namun juga yang dipahat dan dicetak.
Selain itu, ornamen pada tinggalan-tinggalan di Indonesia memiliki macam-macam ragam hias.
Ragam hias geometris paling banyak
atau sering dijumpai dibeberapa tinggalan di Indonesia. ragam hias ini memiliki
beberapa cara pengerjaan, diantaranya pola bolak-balik, pola kepar atau kepang,
tumpal, dan pilin berganda. Ciri dari ragam hias geometris ketika diterapkan
pada benda pakai adalah:
1. Untuk menghias bagian tepi atau
pinggiran.
2. Diterapkan sebagai pengisian dari
bagian benda pakai pada permukaan.
3. Sebagai inti atau bagian yang berdiri sendiri, yang merupakan unsur estetik dalam bentuk ornamen arsitektural.
3. Sebagai inti atau bagian yang berdiri sendiri, yang merupakan unsur estetik dalam bentuk ornamen arsitektural.
B. Pengertian Ragam Hias
1. Ragam hias disebut juga ornamen, merupakan salah satu bentuk karya seni rupa yang sudah berkembang sejak zaman prasejarah. Karya ini dapat berupa tenunan, tulisan pada kain (misalnya batik), songket, ukiran, atau pahatan pada kayu/batu.
2. Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya akan menjadi pola yang diulang-ulang dalam suatu karya kerajinan atau seni.
3. Ragam hias juga biasa disebut Ornamen berasal dari bahasa Yunani "ornare" yang artinya hiasan atau menghias. Menghias berarti mengisi kekosongan suatu permukaan bahan dengan hiasan, sehingga permukaan yang semula kosong menjadi tidak kosong lagi karena terisi oleh hiasan
2. Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya akan menjadi pola yang diulang-ulang dalam suatu karya kerajinan atau seni.
3. Ragam hias juga biasa disebut Ornamen berasal dari bahasa Yunani "ornare" yang artinya hiasan atau menghias. Menghias berarti mengisi kekosongan suatu permukaan bahan dengan hiasan, sehingga permukaan yang semula kosong menjadi tidak kosong lagi karena terisi oleh hiasan
C. Fungsi Ragam Hias
Ragam hias selain berfungsi sebagai media untuk memperindah atau menghias suatu benda sehingga memiliki nilai tambah estetika pada benda tersebut juga memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi hias murni, yaitu yang hanya berfungsi untuk member nilai tambah estetika pada benda tersebut dan tidak berhubungan dengan nilai fungsi benda tersebut.
2. Fungsi simbolik, yaitu ragam hias yang selain berfungsi memperindah juga memiliki makna tertentu yang bersumber dari adat istiadat, agama maupun sistem sosial, yang harus ditaati norma-normanya untuk menghindari salah pengertian bagi pengguna ragam hias tersebut. Contoh ragam hias ini diantaranya, kaligrafi, ragam hias pohon hayat, ragam hias burung phoenix, ragam hias swastika dan sebagainya.
3. Fungsi ekonomis, dapat menambah nilai ekonomis dari suatu benda atau bidang. Selain itu nilai keindahan ragam hias yang dimunculkan pada permukaan/bidang barang atau benda dapat menambah nilai jual.
D. Jenis-jenis Objek Ragam Hias
Ragam hias merupakan karya seni rupa yang diambil dari bentuk-bentuk/objek flora, fauna, figural, bentuk geometris, non geometris dan poligonal. Ragam hias tersebut dapat diterapkan pada media dua dan tiga dimensi.
Ragam hias flora merupakan sebuah jenis ragam hias yang menggunakan flora atau bahan tumbuh-tumbuhan yang sebagai obyek motifnya. Motif flora dapat dibuat sesuai dengan aslinya, namun terkadang ada pula seniman yang membuat ragam hias flora sesuai dengan imajinasinya sendiri.Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora mudah dijumpai pada barang-barang seni, seperti batik, ukiran, kain sulam, kain tenun, dan brodir.
2. Ragam Hias Fauna
Jenis ragam hias fauna merupakan sebuah bentuk fauna yang motifnya menyerupai hewan. Selain itu motif ragam hias fauna ini yang paling sering dijadikan sebagai obyek adalah seperti burung, singa, gajah, dan ikan.
Pada ragam hias fauna ini sering sekali dikombinasikan dengan motif bentuk flora, sehingga dengan demikian hasil yang di dapat bisa jadi lebih beragam.
Motif ragam hias daerah di Indonesia banyak menggunakan hewan sebagai objek ragam hias. Daerah-daerah tersebut seperti Yogyakarta, Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Motif ragam hias fauna di daerah tersebut dapat dijumpai pada hasil karya batik, ukiran, sulaman, anyaman, tenun, dan kain bordir. Ragam hias bentuk fauna dapat dijadikan saran untuk memperkenalkan kearifan lokal daerah tertentu di Indonesia seperti burung cendrawasih di papua, komodo di Nusa tenggara timur, dan gajah di lampung.
Sesuai dengan namanya, ragam hias geometris adalah sebuah sebuah unsur-unsur garis, sudut, bidang, dan ruang. Garis yang dapat berupa bentuk garis lurus, melengkung, spiral, dan zig-zag. Dan ada juga dengan bentuk bidang, seperti lingkaran, persegi, segitiga, dan layang-layang. Garis dan bidang tersebut dikombinasikan sehingga terciptalah sebuah ragam hias geometris yang amat indah.
Ragam hias geometris merupakan motif hias yang dikembangkan dari bentuk-bentuk geometris dan kemudian digayakan sesuai dengan seleradan imijinasi pembuatanya. Ragam hias geometris dapat disebut juga sebagai ragam hias yang paling tertua, karena ragam hias geometris sudah berkembang sejak zaman dahulu.
Ragam hias geometris dapat dijumpai di seluruh daerah di Indonesia, seperti jawa, Sumatra, Kalimantan Sulawesi, dan Papua. Ragam hias geometr.is dapat dibuat dengan menggambungkan bentuk-bentuk geometris ke dalam satu motif ragam hias.
Ragam hias non geometris adalah ragam hias yang tidak menggunakan unsur garis dan bidang geometri sebagai bentuk dasarnya. Secara garis besar bentuk motif hias non geometris terdiri atas motif tumbuhan dan motif binatang.
Bentuk ragam hias figuratif berupa objek manusia yang digambar dengan mendapatkan pegayaan bentuk. Ragam hias figuratif biasanya terdapat pada bahan tekstil maupun bahan kayu, yan proses pembuatanya dapat dilakukan dengan cara menggambar.
Ragam hias poligonal merupakan sebuah bentuk yang sifatnya mempersatukan dari beberapa motif atau dari beberapa pola menjadi satu bentuk. Ragam hias poliginal ini juga merupakan sebuah motif hias yang tersusun dari pola garis lurus yang saling terhubung. Sehingga dengan begitu akan dapat terjalin hubungan rangkaian yang menyatu.
Ragam hias poligonal adalah bentuk yang ditentukan oleh batas pinggir dari bidang
yang seringkali berupa garis, bentuk tersebut berdimensi datar dan memiliki batas bentuk yang berwujud segi tiga (triangle), segi empay (tetragon), segi lima (pentagon) dan segi enam (hexagon).
E. Motif ragam hias Nusantara
Motif ragam hias yang terdapat diwilayah Nusantara yang sering dijumpai antara lain :
Adalah motif yang memiliki bentuk dasar segi tiga sama kaki. Motif ini sering di jumpai pada hiasan tepi motif batik, sering juga disebut motif Untuk Walang yang melambangkan kesuburan.
Tumpal adalah motif ragam hias khas pada batik-batik pesisir yang membedakan dengan batik dari keratin. Motif ini adalah dalah satu budaya yang diserap dari kebudayaan india. Tumpal sendiri memiliki sejarah, arti, filosofi dan jenisnya.
Menurut KBBI, Tumpal adalah kata benda yang mempunyai arti motif batik dengan lukisan tiga setrip yang berjajar yang terdapat pada sarung dan lain sebagainya.
Ada pula sumber yang mengatakan bahwa konsep ragam hias tumpal adalah konsep kesatuan. Konsep tersebut kemudian disebut sebagai kosmos yang isinya keselarasan antara 3 hal, yaitu terdiri dari manusia, semesta, dan alam lain.
Motif tumpal juga memiliki beberapa kreasi tersendiri. Motif ini dapat disusun secara berderetan, dengan posisi motif tumpal yang ujung runcingnya diatas atau pun dibuat terbalik dengan ujung runcing dibawah. Motif tumpal dapat dibuat secara polos, tetapi dapat juga diberi hiasan di bagian tengahnya, seperti bintang, garis-garis, bunga, dan sulur-suluran, dan memiliki fungsi yang hampir sama dengan motif pilin, ragam hias tumpal biasa dijadikan hiasan pinggiran. Biasanya dapat kita lihat pada ukiran candi atau pada kain batik.
Tumpal adalah motif ragam hias khas pada batik-batik pesisir yang membedakan dengan batik dari keratin. Motif ini adalah dalah satu budaya yang diserap dari kebudayaan india. Tumpal sendiri memiliki sejarah, arti, filosofi dan jenisnya.
Menurut KBBI, Tumpal adalah kata benda yang mempunyai arti motif batik dengan lukisan tiga setrip yang berjajar yang terdapat pada sarung dan lain sebagainya.
Ada pula sumber yang mengatakan bahwa konsep ragam hias tumpal adalah konsep kesatuan. Konsep tersebut kemudian disebut sebagai kosmos yang isinya keselarasan antara 3 hal, yaitu terdiri dari manusia, semesta, dan alam lain.
Motif tumpal juga memiliki beberapa kreasi tersendiri. Motif ini dapat disusun secara berderetan, dengan posisi motif tumpal yang ujung runcingnya diatas atau pun dibuat terbalik dengan ujung runcing dibawah. Motif tumpal dapat dibuat secara polos, tetapi dapat juga diberi hiasan di bagian tengahnya, seperti bintang, garis-garis, bunga, dan sulur-suluran, dan memiliki fungsi yang hampir sama dengan motif pilin, ragam hias tumpal biasa dijadikan hiasan pinggiran. Biasanya dapat kita lihat pada ukiran candi atau pada kain batik.
2. Motif Meander
Motif ragam hias ini banyak dijumpai di bagian tepi ragam hias, yang memiliki bentuk dasar huruf “ T “ .
Meander berasal dari bahasa Yunani “meandros”, yang berarti liku atau berkelok-kelok. Ragam hias meander merupakan garis batasan yang terdiri dari garis yang saling berkaitan, lalu disusun berulang.
Ragam hias ini juga merujuk pada bentuk labirin, disebut sebagai labirin meander. Berdasarkan sejarah, ragam hias meander berasal dari zaman Yunani Kuno. Motif ini tidak hanya dipakai di Yunani, tetapi juga di Romawi dan Cina.
Motif ini merupakan sesuatu yang di anggap penting pada zaman Yunani Kuno, karena melambangkan infinity/tidak terbatas dan kesatuan. Banyak sekali bangunan-bangunan Yunani Kuno yang menggunakan motif meander sebagai hiasannya. Penggunaan ragam hias meander mulai tersebar karena adanya vas khas Yunani Kuno, yang sangat terkenal pada zaman.
Motif ragam hias ini banyak dijumpai di bagian tepi ragam hias, yang memiliki bentuk dasar huruf “ T “ .
Meander berasal dari bahasa Yunani “meandros”, yang berarti liku atau berkelok-kelok. Ragam hias meander merupakan garis batasan yang terdiri dari garis yang saling berkaitan, lalu disusun berulang.
Ragam hias ini juga merujuk pada bentuk labirin, disebut sebagai labirin meander. Berdasarkan sejarah, ragam hias meander berasal dari zaman Yunani Kuno. Motif ini tidak hanya dipakai di Yunani, tetapi juga di Romawi dan Cina.
Motif ini merupakan sesuatu yang di anggap penting pada zaman Yunani Kuno, karena melambangkan infinity/tidak terbatas dan kesatuan. Banyak sekali bangunan-bangunan Yunani Kuno yang menggunakan motif meander sebagai hiasannya. Penggunaan ragam hias meander mulai tersebar karena adanya vas khas Yunani Kuno, yang sangat terkenal pada zaman.
3. Motif Kawung
Kawung dalam Bahasa sunda berarti buah aren atau kolang-kaling yang potong melintang sehingga terlihat empat buah biji aren, yang melambangkan keserasian hidup di dunia dan akherat.
Kawung dalam Bahasa sunda berarti buah aren atau kolang-kaling yang potong melintang sehingga terlihat empat buah biji aren, yang melambangkan keserasian hidup di dunia dan akherat.
Ada pula beberapa sumber yang mengatakan bahwa motif kawung ini terinspirasi dari binatang kuwangwung. Ragam hias kawung termasuk motif kuno, yang diciptakan oleh seorang Sultan Mataram sekitar abad 13. Pada zaman itu, motif kawung hanya boleh dipakai oleh keluarga kerajaan atau pejabat.
Beberapa sumber menyebutkan, motif kawung mengandung pesan agar manusia selalu menjadi makhluk yang berguna, layaknya pohon aren yang seluruh bagiannya bisa digunakan. Makna lain dari motif kawung, lebih tepatnya dalam adat Jawa, adalah satu titik pusat keraton. Motif kawung juga disebut sebagai papat madhep limo pancer; empat titik membentuk garis dan menghadap satu titik yang dianggap sebagai pusat kekuatan.
Beberapa sumber menyebutkan, motif kawung mengandung pesan agar manusia selalu menjadi makhluk yang berguna, layaknya pohon aren yang seluruh bagiannya bisa digunakan. Makna lain dari motif kawung, lebih tepatnya dalam adat Jawa, adalah satu titik pusat keraton. Motif kawung juga disebut sebagai papat madhep limo pancer; empat titik membentuk garis dan menghadap satu titik yang dianggap sebagai pusat kekuatan.
4. Motif Swastika
Adalah motif ragam hias yang merupakan varian antara pola meander dan pilin.
Swastika (卐 atau 卍) adalah salah satu simbol yang paling disucikan dalam tradisi Hindu, merupakan contoh nyata tentang sebuah simbol religius yang memiliki latar belakang sejarah dan budaya yang kompleks sehingga hampir mustahil untuk dinyatakan sebagai kreasi atau milik sebuah bangsa atau kepercayaan tertentu.
Kata Swastika terdiri dari kata Su yang berarti baik, kata Asti yang berarti adalah dan akhiran Ka yang membentuk kata sifat menjadi kata benda. Sehingga lambang Swastika merupakan bentuk simbol atau gambar dari terapan kata Swastyastu (Semoga dalam keadaan baik).
5. Motif Pilin
Adalah motif ragam hias yang memilki bentuk dasar huruf “ S “ yang dibuat variasi dengan bentuk “ SS “ seperti ragam hias motif parang.
Ragam hias jenis ini juga terlihat mirip dengan motif parang.
Ragam hias jenis pilin dapat kita lihat pada kain batik dan hiasan rumah tradisional.
6. Motif Tempel/Ceplokan
Adalah motif ragam hias yang dibentuk ceplok berulang-ulang yang banyak dijumpai pada kain batik tradisional jawa.
Adalah motif ragam hias yang dibentuk ceplok berulang-ulang yang banyak dijumpai pada kain batik tradisional jawa.
Ceplokan atau yang biasanya dibilang sebagai “ceplok” saja, adalah bulatan untuk hiasan. Motif ceplokan terdiri dari satu motif saja, lalu disusun secara berulang-ulang. Beberapa motif ceplokan yang sudah terkenal yaitu :
1. Ceplok cakra kusuma
2. Ceplok nogosari
3. Ceplok truntum
4. Ceplok supit urang
Ragam hias geometris ceplokan dan ragam hias ini juga masih memiliki beberapa motif selain yang sudah di sebutkan diatas.
7. Motif Sayap Garuda (Lar)
Adalah motif ragam hias yang merupakan penyederhanaan dari bentuk burung garuda, yang memiliki makna kekuasaan, sehinggga hanya boleh digunakan oleh keluarga bangsawan atau keluarga keraton saja yang disebut motif larangan.
Motif garuda dapat dikatakan sebagai motif yang paling sederhana, karena tidak memiliki terlalu banyak variasi. Motif ini hanya terdiri dari bagian tubuh seperti; ekor, dua sayap, dan ditengahnya terdapat badan burung garuda.
1. Ceplok cakra kusuma
2. Ceplok nogosari
3. Ceplok truntum
4. Ceplok supit urang
Ragam hias geometris ceplokan dan ragam hias ini juga masih memiliki beberapa motif selain yang sudah di sebutkan diatas.
7. Motif Sayap Garuda (Lar)
Adalah motif ragam hias yang merupakan penyederhanaan dari bentuk burung garuda, yang memiliki makna kekuasaan, sehinggga hanya boleh digunakan oleh keluarga bangsawan atau keluarga keraton saja yang disebut motif larangan.
Motif garuda dapat dikatakan sebagai motif yang paling sederhana, karena tidak memiliki terlalu banyak variasi. Motif ini hanya terdiri dari bagian tubuh seperti; ekor, dua sayap, dan ditengahnya terdapat badan burung garuda.
F. Pola Ragam Hias Nusantara
Pola ragam hias nusantara adalah suatu bentuk yang memiliki pola yang terdiri dari beberapa susunan yang di ulang-ulang. Pola ragam hias tersebut tampilanya memiliki pola yang teratur. Selain itu setiap Ragam hias nusantara juga memiliki pola-pola tersendiri misal seperti:
Mempunyai bentuk dan motif yang sama, serta peletakannya seimbang antara sisi kanan dan kiri. Pola yang terbentuk dari susunan motif-motif ragam hias yang mempunyai keseimbangan dan bentuk yang sama dalam suatu susunannya. ola simetri menggambarkan dua bagian yang sama dalam sebuah susunan. Pola simetri meletakkan fokusnya di tengah. Penempatan demikian memberikan kesan bagian kiri dan bagian akanan sama kuat. Komposisi berpola simetri memberikan kesan formal, beraturan dan statis.
Adalah motif yang polanya diletakan tidak sama antara sisi kanan dan kiri, namun tetap memiliki keindahan dari suatu komposisinya. Pola yang terbentuk dari komposisi yang tidak berimbang, namun masih terlihat proposi, komposisi, dan kesatuan yang harmoni. Pola asimetri meletakkan fokusnya tidak di tengah-tengah, dan paduan unsur-unsur di bagian kiri tidak sama dengan yang di bagian kanan, tetapi tetap memancarkan keseimbangan. Kompisisi asimetri memberikan kesan keteraturan yang bervariasi dan karenanya tidak formal serta lebih dinamis.
Biasanya di gunakan untuk tepi pada bagian bahan-bahan tertentu, selain itu pola tepi juga berupa sebuah pengulangan dari bentuk yang sebelumnya. Pola yang bentuknya berupa pengulangan dari bentuk sebelumnya dan digunakan untuk bagian tepi pada bahan tertentu.
Adalah sebuah pola yang bentuknya segi tiga dan mempunyai bentuk yang dapat menyesuaikan dengan bentuk ragam hias yang sudah ada.Ciri pola ragam hias menyudut dapat berdiri sendiri, dan polanya juga gabungan dari ragam hias lama dan baru.
5. Pola Menyusut
Pola yang memusat bentuk coraknya berdiri sendiri. Pola ragam hias ini gabungan dari beberapa ragam hias dan membentuk ragam hias baru.
5. Pola Menyusut
Pola yang memusat bentuk coraknya berdiri sendiri. Pola ragam hias ini gabungan dari beberapa ragam hias dan membentuk ragam hias baru.
6. Pola Beraturan
Adalah sebuah pola pengulangan yang berasal dari bentuk yang sebelumnya menggunakan ukuran yang sama.
Adalah sebuah pola pengulangan yang berasal dari bentuk yang sebelumnya menggunakan ukuran yang sama.
7. Pola Tidak Beraturan
Adalah Pola ragam hias yang tidak beraturan seperti sebarang yang melalui beberapa motif yang tidak sama dan tidak seimbang.
Adalah Pola ragam hias yang tidak beraturan seperti sebarang yang melalui beberapa motif yang tidak sama dan tidak seimbang.
G. Teknik Menggambar Ragam Hias
Teknik gambar ragam hias tentunya memiliki banyak variatif, mulai dari bentuk flora, fauna, manusia, hingga bentuk-bentuk lainnya. Dalam menggambar ragam hias ada beberapa hal penting yang harus di perhatikan contoh seperti:
• Mempersiapkan alat dan bahan media gambar
• Memperhatikan pola yang akan di gambar
• Menentukan pola yang ingin di gambar
• Membuat seketsa
• Membuat bentuk yang sama atau (menjiplak, copy) dengan bidang lain
• Mewarnai gambar yang sudah jadi
Demikian sedikit penjelasan tentang ragam hias nusantara, kalau ada kesalahan, kekurangan dan kekeliruan, mohon untuk dimaafkan, terima kasih semoga bermanfaat ....
Komentar
Posting Komentar